Browse » Home
Stigma bahwa nuklir merupakan senjata pemusnah massal sudah melekat pada pemikiran mayoritas masyarakat Indonesia. Nuklir hanya dianggap sebatas bom dan peralatan perang yang memiliki daya ledak sangat besar sehingga orang-orang merasa takut karenanya. Propaganda melalui media cetak maupun elektronik yang hanya mengekspos bahaya nuklir menimbulkan paradigma sepihak, akibatnya masyarakat menjadi terprovokasi dan menolak pengembangan teknologi nuklir di Indonesia.
Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh kekurangtahuan mereka tentang teknologi nuklir. Minimnya sosialisasi serta rasa trauma akan peristiwa Chernobyl menimbulkan bayang-bayang gelap di benak masyarakat. Kita harus membuka mata bahwa sebenarnya nuklir juga bisa menjadi jawaban atas krisis energi yang terjadi di bumi. Hanya energi nuklir yang menawarkan solusi efektif guna memerangi keterbatasan energi yang kita miliki. Energi nuklir tidak memancarkan gas rumah kaca sehingga tidak merusak atmosfer. Salah satu pengembangannya dapat kita aplikasikan dengan membangun PLTN.
Teknologi PLTN sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. PLTN pun bebas emisi karbon sehingga dapat membantu mengurangi pemanasan global. PLTN juga menghasilkan limbah, namun diproses dengan baik dan tidak dibuang ke lingkungan. Adapun limbah PLTN terbagi menjadi 2, yaitu limbah tingkat tinggi dan limbah tingkat rendah. Limbah tingkat tinggi dapat digunakan kembali untuk bahan bakar PLTN sehingga mampu membangkitkan listrik. Memang biaya untuk infrastrukturnya besar, namun hasilnya nanti dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan PLTN, listrik bisa lebih murah.
Walau demikian, sangat disayangkan bahwa pembangunan PLTN di Indonesia seringkali mengalami beberapa kendala. Salah satu faktornya disebabkan karena isu-isu yang berkembang di kalangan masyarakat luas sehingga mereka tidak menyetujui pembangunan PLTN. Adapun penentangan ini salah satunya berakar dari budaya korupsi di Indonesia yang sudah merajalela. Bayangkan apabila terjadi korupsi bahan bangunan dalam pembangunan PLTN (seharusnya menggunakan baja dengan kualitas terbaik, namun dibelikan baja dengan kualitas biasa saja), pastilah akan menimbulkan bencana yang sangat besar bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, masyarakat juga masih khawatir akan terjadinya radiasi. Meskipun beton dengan tebal satu setengah meter mengelilingi seluruh sisi bangunan, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kebocoran. Bahkan lubang yang sangat kecil sekalipun dapat berakibat fatal. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi isu-isu yang tumbuh berkembang di masyarakat, dibutuhkan kerja sama yang baik dan hubungan yang terbuka antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus memberikan anggaran yang transparan kepada publik, sehingga publik dapat ikut serta memantau dan mengawasi kerja pemerintah setiap saat. Masyarakat juga diharapkan dapat mendukung dan memberikan kepercayaan pada pemerintah, sebagai wakil rakyat, untuk dapat mengelola rumah tangga negara ini dengan baik.
Memang bukan tidak mungkin kalau suatu saat nanti akan timbul dampak-dampak negatif dari PLTN, namun perlu digaris bawahi bahwa setiap kecelakaan, radiasi, atau hal membahayakan lainnya hanya akan terjadi apabila terdapat kesalahan manusia (human error). Maka dari itu sangat diperlukan pengawasan yang ketat selama 24 jam, baik dalam proses pembangunan maupun pengoperasian PLTN. Dalam pengelolaannya, keselamatan harus menjadi prioritas paling utama. Untuk itu, PLTN harus dibangun pada lahan yang stabil, yang terhindar atau terbebas dari fenomena-fenomana alam yang mengancam, seperti gempa bumi, vulkanologi, tsunami, dsb. Pembangunannya harus jauh dari tempat pemukiman penduduk, misalnya di luar Pulau Jawa. Tempat-tempat yang dapat membahayakan keberadaan PLTN juga harus dihindari, seperti bandara, gedung amunisi militer, dll. Selain itu, PLTN harus dibangun di lokasi yang mampu memasok cadangan listrik yang cukup guna memperlancar pengoperasiannya, serta diperlukan adanya peraturan, pengawasan, serta kedisiplinan tinggi dari semua pihak yang terlibat. Operator dan pengawas harus terdiri dari orang-orang yang berdedikasi dan berkompeten. Teknologi yang digunakan pun harus teknologi yang sudah teruji dengan sistem pertahanan berlapis. Karenanya, pemerintah harus memberi gaji yang memadai untuk para pekerja PLTN, sebab demi pekerjaan ini mereka harus menanggung resiko yang besar.
Mengingat begitu signifikannya perkembangan teknologi ke depan, kita tidak mungkin meninggalkan dan melupakan teknologi nuklir begitu saja. Selain menjadi solusi bagi krisis energi, teknologi nuklir pun dapat mengatasi krisis yang lain, seperti krisis air bersih yang diperlukan untuk konsumsi manusia dan irigasi. Nuklir dapat menjadi jawaban untuk krisis nasional jangka panjang, juga sangat membantu kelangsungan hidup manusia karena dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kedokteran, pertanian, peternakan, hidrologi, industri, dan pangan. “Janganlah takut terhadap sesuatu yang belum diketahui. Dengan ilmu, sesuatu yang berbahaya bisa menjadi aman” merupakan kutipan dari sebuah cover buku yang layak kita tanamkan dalam pikiran kita. Suatu saat nanti, ketika bangsa kita sudah berhasil memajukan teknologi nuklir, kita dapat membagikan pengetahuan tersebut kepada negara-negara lain sehingga kita dapat turut menciptakan perdamaian dunia melalui sains.
Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh kekurangtahuan mereka tentang teknologi nuklir. Minimnya sosialisasi serta rasa trauma akan peristiwa Chernobyl menimbulkan bayang-bayang gelap di benak masyarakat. Kita harus membuka mata bahwa sebenarnya nuklir juga bisa menjadi jawaban atas krisis energi yang terjadi di bumi. Hanya energi nuklir yang menawarkan solusi efektif guna memerangi keterbatasan energi yang kita miliki. Energi nuklir tidak memancarkan gas rumah kaca sehingga tidak merusak atmosfer. Salah satu pengembangannya dapat kita aplikasikan dengan membangun PLTN.
Teknologi PLTN sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. PLTN pun bebas emisi karbon sehingga dapat membantu mengurangi pemanasan global. PLTN juga menghasilkan limbah, namun diproses dengan baik dan tidak dibuang ke lingkungan. Adapun limbah PLTN terbagi menjadi 2, yaitu limbah tingkat tinggi dan limbah tingkat rendah. Limbah tingkat tinggi dapat digunakan kembali untuk bahan bakar PLTN sehingga mampu membangkitkan listrik. Memang biaya untuk infrastrukturnya besar, namun hasilnya nanti dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan PLTN, listrik bisa lebih murah.
Walau demikian, sangat disayangkan bahwa pembangunan PLTN di Indonesia seringkali mengalami beberapa kendala. Salah satu faktornya disebabkan karena isu-isu yang berkembang di kalangan masyarakat luas sehingga mereka tidak menyetujui pembangunan PLTN. Adapun penentangan ini salah satunya berakar dari budaya korupsi di Indonesia yang sudah merajalela. Bayangkan apabila terjadi korupsi bahan bangunan dalam pembangunan PLTN (seharusnya menggunakan baja dengan kualitas terbaik, namun dibelikan baja dengan kualitas biasa saja), pastilah akan menimbulkan bencana yang sangat besar bagi manusia dan lingkungan. Selain itu, masyarakat juga masih khawatir akan terjadinya radiasi. Meskipun beton dengan tebal satu setengah meter mengelilingi seluruh sisi bangunan, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kebocoran. Bahkan lubang yang sangat kecil sekalipun dapat berakibat fatal. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi isu-isu yang tumbuh berkembang di masyarakat, dibutuhkan kerja sama yang baik dan hubungan yang terbuka antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah harus memberikan anggaran yang transparan kepada publik, sehingga publik dapat ikut serta memantau dan mengawasi kerja pemerintah setiap saat. Masyarakat juga diharapkan dapat mendukung dan memberikan kepercayaan pada pemerintah, sebagai wakil rakyat, untuk dapat mengelola rumah tangga negara ini dengan baik.
Memang bukan tidak mungkin kalau suatu saat nanti akan timbul dampak-dampak negatif dari PLTN, namun perlu digaris bawahi bahwa setiap kecelakaan, radiasi, atau hal membahayakan lainnya hanya akan terjadi apabila terdapat kesalahan manusia (human error). Maka dari itu sangat diperlukan pengawasan yang ketat selama 24 jam, baik dalam proses pembangunan maupun pengoperasian PLTN. Dalam pengelolaannya, keselamatan harus menjadi prioritas paling utama. Untuk itu, PLTN harus dibangun pada lahan yang stabil, yang terhindar atau terbebas dari fenomena-fenomana alam yang mengancam, seperti gempa bumi, vulkanologi, tsunami, dsb. Pembangunannya harus jauh dari tempat pemukiman penduduk, misalnya di luar Pulau Jawa. Tempat-tempat yang dapat membahayakan keberadaan PLTN juga harus dihindari, seperti bandara, gedung amunisi militer, dll. Selain itu, PLTN harus dibangun di lokasi yang mampu memasok cadangan listrik yang cukup guna memperlancar pengoperasiannya, serta diperlukan adanya peraturan, pengawasan, serta kedisiplinan tinggi dari semua pihak yang terlibat. Operator dan pengawas harus terdiri dari orang-orang yang berdedikasi dan berkompeten. Teknologi yang digunakan pun harus teknologi yang sudah teruji dengan sistem pertahanan berlapis. Karenanya, pemerintah harus memberi gaji yang memadai untuk para pekerja PLTN, sebab demi pekerjaan ini mereka harus menanggung resiko yang besar.
Mengingat begitu signifikannya perkembangan teknologi ke depan, kita tidak mungkin meninggalkan dan melupakan teknologi nuklir begitu saja. Selain menjadi solusi bagi krisis energi, teknologi nuklir pun dapat mengatasi krisis yang lain, seperti krisis air bersih yang diperlukan untuk konsumsi manusia dan irigasi. Nuklir dapat menjadi jawaban untuk krisis nasional jangka panjang, juga sangat membantu kelangsungan hidup manusia karena dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti kedokteran, pertanian, peternakan, hidrologi, industri, dan pangan. “Janganlah takut terhadap sesuatu yang belum diketahui. Dengan ilmu, sesuatu yang berbahaya bisa menjadi aman” merupakan kutipan dari sebuah cover buku yang layak kita tanamkan dalam pikiran kita. Suatu saat nanti, ketika bangsa kita sudah berhasil memajukan teknologi nuklir, kita dapat membagikan pengetahuan tersebut kepada negara-negara lain sehingga kita dapat turut menciptakan perdamaian dunia melalui sains.
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar