VIVAnews - Jumlah pengguna Facebook (Facebookers) yang memilih menutup akun mereka di laman jejaring sosial terkemuka itu kian bertambah.
Fenomena itu terjadi setelah muncul kontroversi atas lalainya pengelola Facebook dalam melindungi ruang pribadi (privasi) pemilik akun sehingga kegiatan yang dia lakukan di akun-nya bisa diintip orang lain.
Demikian ungkap laman harian The Financial Times, Sabtu 15 Mei 2010, dengan bersumber dari data laman pencari informasi terbesar, Google. Menurut Google, jumlah pencarian kata yang mencari tahu "bagaimana menghapus akun di Facebook" pekan ini meningkat lebih dari dua kali lipat dari pekan lalu, hingga mencapai rekor tertinggi. Sebagian besar pertanyaan berasal dari Amerika Serikat (AS).
Google pun menyajikan contoh konkrit atas makin banyaknya pengguna Facebook yang kecewa. Bila Anda mengerti bahasa Inggris, cobalah ketik "how do i" dalam kolom pencarian di Google, otomatis laman itu akan meneruskan rangkaian kata tersebut menjadi kalimat "how do i delete my facebook account" (bagaimana saya bisa menghapus akun di Facebook). Kalimat itu berada di daftar teratas pada kolom pencari Google karena paling banyak dicari.
Pengelola Facebook dalam sepekan terakhir sibuk meladeni pemberitaan negatif media massa atas kemampuannya dalam melindungi privasi pemilik akun. Inilah yang membuat sejumlah kolumnis terkemuka spesialis rubrik teknologi dan para blogger terkenal memilih untuk menutup akun mereka dari Facebook secara permanen.
Peter Rojas, pendiri laman gadget terkemuka gdgt.com, kepada stasiun televisi ABC News mengaku sudah tak mau lagi berurusan dengan Facebook. Pasalnya, Rojas mengaku sudah tak tahan menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengatur akun-nya agar tidak diintip atau disalin oleh sesama pengguna Facebook yang tidak dia kenal.
"Terus-terusan memantau pengaturan [setting] tampilan pribadi ternyata sangat rumit. Kita tidak pernah bisa yakin dapat mengendalikan semuanya," kata Rojas.
Dalam blog yang ditampilkan di laman The Guardian, Jumat 14 Mei 2010, Andrew Brown pun mengutarakan kekecewaannya kepada Facebook. "Bila Anda peduli dengan privasi Anda maupun teman-teman, jangan lagi pakai Facebook. Kita ini dianggap produknya, bukan konsumennya," tulis Brown.
Pekan ini pula kalangan pejabat perlindungan data Eropa telah menulis surat kepada Facebook bahwa perubahan kebijakan dalam pengaturan ruang pribadi pemilik akun Desember tahun lalu "tidak dapat diterima." Sejumlah senator di AS pun juga menaruh perhatian serupa kepada Facebook.
Sejauh ini Facebook pekan lalu baru menonaktifkan layanan chat setelah mereka menemukan suatu bug yang membuat seorang pengguna bisa mengintip isi percakapan teman-temannya dengan orang lain secara pribadi.
Sementara itu, pengelola Facebook menolak mengungkapkan berapa banyak pengguna yang telah menghapus akun mereka. Pengelola Facebook justru hanya mengungkapkan bahwa, sejak konfrensi antar developer web "f8" bulan lalu, pengguna aktif Facebook telah bertambah 10 juta menjadi lebih dari 400 juta orang.
Lev Popov, seorang teknisi piranti lunak Facebook, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah melengkapi laman itu dengan sejumlah perangkat pengaman yang menjamin data pribadi pemilik akun tidak gampang disusupi orang asing. Upgrade sistem yang baru-baru ini dilakukan Facebook juga membuat pemilik akun bisa memblokir akses yang mencurigakan.
"Kami percaya bahwa perangkat dan sistem baru ini akan banyak berguna dalam mencegah akses tanpa izin dan gangguan yang diakibatkan oleh penyusupan itu," kata Popov seperti yang dimuat laman stasiun televisi BBC.
Namun, menurut Popov, keamanan yang paling ampuh adalah berasal dari pemilik akun yang bersangkutan. "Seperti biasa, garis pertama pertahanan adalah Anda sendiri. Kami butuh bantuan Anda untuk menerapkan perilaku yang aman dalam menggunakan Facebook maupun saat berselancar ke laman lain," kata Popov
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar