Browse » Home
PLTN merupakan ide yang diangkat pada tahun 1956, melaui pernyataan pada seminar-seminar pada masa itu. Artinya rencana PLTN di Indonesia sudah berumur kurang lebih 54 tahun. Meski sudah lama bekerja sama dalam perencanaan, perancangan, dan sebagainya. PLTN di Indonesia masih belum juga dibangun dengan sebab dan alasan yang beraneka ragam. Dari sekian banyak tempat yang pernah diusulkan untuk membangun sbuah poyek PLTN, akhirnya hanya Semenjung Muria-lah yang terpilih. Meski sampai
sekarang PLTN masih menuai banyak kecaman berupa penolakan, terutama warga desa sekitar tempat yang direncanakan akan dibangun PLTN tersebut, Desa Balong. Sampai saat ini, yang masih membuat bingung adalah, mengapa harus Semenanjung Muria? Bahkan ada kabar daerah Banten juga akan dibangun PLTN. Mungkin saja penolakan-penolakan yang terjadi selama ini karena ada dua f-brothers (ciptaan penulis).
Mereka adalah Green Community dan WWF dan yang ingin penulis tekankan, mengapa mereka ikut menolak? Bukankah di negara mereka juga dibangun PLTN? Memang, Indonesia seringkali disebut-sebut sebagai paru-paru dunia karena hutannya yang luas nan lebat. Tapi Indonesia juga tidak kalah sering endapat kecaman, dampak isu global warming. Mengapa? Bukankan limbah PLTN hanya berupa air, CO2, dan limbah lain yang harus dkembalikan?
Untuk itu, hendaknya Indonesia harus berani melawan. Harus ada orang Indonesia yang membuktikan bahwa tidak benar tingkat “penghasilan” gas CO2 di Indonesia sangat tinggi. Selain itu, pemerintah juga perlu mendesak instansi-instansi terkait untuk mencari tempat baru yang kira-kira lebih mungkin untuk dibangun PLTN. Bukankah Indonesia memiliki beribu-ribu pulau? Hendaknya kita membangun PLTN di pulau terpencil agar tidak ada yang protes. Jikalau masih ada, karena alasan pencemaran laut, kita minta saja badan internasional yang menangani masalah nuklir untuk ikut mengawasi. PLTN sangat dibutuhkan di Indonesia, bagaikan tubuh yang kekurangan darah, Indonesia tidak akan mampu berkembang secara optimal jikalau masih ada permasalahan energi, khusunya listrik.
sekarang PLTN masih menuai banyak kecaman berupa penolakan, terutama warga desa sekitar tempat yang direncanakan akan dibangun PLTN tersebut, Desa Balong. Sampai saat ini, yang masih membuat bingung adalah, mengapa harus Semenanjung Muria? Bahkan ada kabar daerah Banten juga akan dibangun PLTN. Mungkin saja penolakan-penolakan yang terjadi selama ini karena ada dua f-brothers (ciptaan penulis).
Mereka adalah Green Community dan WWF dan yang ingin penulis tekankan, mengapa mereka ikut menolak? Bukankah di negara mereka juga dibangun PLTN? Memang, Indonesia seringkali disebut-sebut sebagai paru-paru dunia karena hutannya yang luas nan lebat. Tapi Indonesia juga tidak kalah sering endapat kecaman, dampak isu global warming. Mengapa? Bukankan limbah PLTN hanya berupa air, CO2, dan limbah lain yang harus dkembalikan?
Untuk itu, hendaknya Indonesia harus berani melawan. Harus ada orang Indonesia yang membuktikan bahwa tidak benar tingkat “penghasilan” gas CO2 di Indonesia sangat tinggi. Selain itu, pemerintah juga perlu mendesak instansi-instansi terkait untuk mencari tempat baru yang kira-kira lebih mungkin untuk dibangun PLTN. Bukankah Indonesia memiliki beribu-ribu pulau? Hendaknya kita membangun PLTN di pulau terpencil agar tidak ada yang protes. Jikalau masih ada, karena alasan pencemaran laut, kita minta saja badan internasional yang menangani masalah nuklir untuk ikut mengawasi. PLTN sangat dibutuhkan di Indonesia, bagaikan tubuh yang kekurangan darah, Indonesia tidak akan mampu berkembang secara optimal jikalau masih ada permasalahan energi, khusunya listrik.
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar