Macan dari lereng Gunung Merapi terlihat berkeliaran Dusun Karanganyar, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sejak dua malam lalu.
"Sudah dua malam berturut-turut kami mengetahui ada tanda-tanda kehadiran macan di kampung kami," kata Kepala Dusun Karanganyar, Kemis (47) di Magelang, Senin. Ia menyatakan memastikan suara binatang pada Kamis (13/11) dan Jumat (14/11) malam itu adalah macan.
Bahkan, katanya, pada Kamis (13/11) malam dirinya sempat menyorotkan lampu senter kepada seekor macan di dekat kandang ternak seorang warga setempat saat dirinya ronda. Sebagian besar warga dusun setempat, sekitar enam kilometer barat puncak Gunung Merapi itu hingga saat ini masih berada di berbagai penampungan pengungsi untuk menghindari jatuhnya korban akibat letusan susulan gunung berapi di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Ia mengatakan, jumlah warga setempat sebanyak 45 kepala keluarga atau 130 jiwa. Selama terjadi letusan Merapi sejak 26 Oktober 2010 hingga saat ini, sekitar 10 warga terutama laki-laki masih bertahan di dusun setempat, sedangkan lainnya terutama perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia berada di pengungsian terutama di Muntilan.
"Saya tahu persis kalau itu adalah macan, ada tutulnya, kira-kira sebesar kambing," katanya. Saat dirinya menyoroti macan itu dengan senter, katanya, binatang buas itu kemudian berjalan perlahan-lahan meninggalkan kandang ternak warga setempat. "Kami prinsipnya yang penting tidak mengganggu," katanya.
Ia mengatakan, pada Jumat (14/11) malam lenguhan macan itu didengar sejumlah warga setempat. "Tetapi yang Jumat (14/11) malam, kami tidak mendekati suara itu, hanya mendengar suaranya, tetapi kami pastikan itu adalah macan," katanya.
Ia menyatakan bisa membedakan antara lenguhan macan dengan binatang lainnya. Kemungkinan, katanya, di kawasan yang lebih tinggi dari dusun setempat, macan itu sudah tidak mendapatkan makanan karena dampak letusan Merapi. "Sehingga binatang itu turun ke kampung kami," katanya.
Sekitar dua bulan sebelum letusan pertama Merapi (26/10) petang, katanya, dirinya juga melihat seekor macan tutul berkeliaran di areal pertanian warga setempat. Warga setempat lainnya, Surandi (70), mengaku, mendengar lenguhan macan itu pada Jumat (14/11) malam.
"Malam itu, kami yang berjaga di kampung sengja tidak mendekati sumber suara itu, tetapi itu adalah suara macan," katanya.
"Sudah dua malam berturut-turut kami mengetahui ada tanda-tanda kehadiran macan di kampung kami," kata Kepala Dusun Karanganyar, Kemis (47) di Magelang, Senin. Ia menyatakan memastikan suara binatang pada Kamis (13/11) dan Jumat (14/11) malam itu adalah macan.
Bahkan, katanya, pada Kamis (13/11) malam dirinya sempat menyorotkan lampu senter kepada seekor macan di dekat kandang ternak seorang warga setempat saat dirinya ronda. Sebagian besar warga dusun setempat, sekitar enam kilometer barat puncak Gunung Merapi itu hingga saat ini masih berada di berbagai penampungan pengungsi untuk menghindari jatuhnya korban akibat letusan susulan gunung berapi di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Ia mengatakan, jumlah warga setempat sebanyak 45 kepala keluarga atau 130 jiwa. Selama terjadi letusan Merapi sejak 26 Oktober 2010 hingga saat ini, sekitar 10 warga terutama laki-laki masih bertahan di dusun setempat, sedangkan lainnya terutama perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia berada di pengungsian terutama di Muntilan.
"Saya tahu persis kalau itu adalah macan, ada tutulnya, kira-kira sebesar kambing," katanya. Saat dirinya menyoroti macan itu dengan senter, katanya, binatang buas itu kemudian berjalan perlahan-lahan meninggalkan kandang ternak warga setempat. "Kami prinsipnya yang penting tidak mengganggu," katanya.
Ia mengatakan, pada Jumat (14/11) malam lenguhan macan itu didengar sejumlah warga setempat. "Tetapi yang Jumat (14/11) malam, kami tidak mendekati suara itu, hanya mendengar suaranya, tetapi kami pastikan itu adalah macan," katanya.
Ia menyatakan bisa membedakan antara lenguhan macan dengan binatang lainnya. Kemungkinan, katanya, di kawasan yang lebih tinggi dari dusun setempat, macan itu sudah tidak mendapatkan makanan karena dampak letusan Merapi. "Sehingga binatang itu turun ke kampung kami," katanya.
Sekitar dua bulan sebelum letusan pertama Merapi (26/10) petang, katanya, dirinya juga melihat seekor macan tutul berkeliaran di areal pertanian warga setempat. Warga setempat lainnya, Surandi (70), mengaku, mendengar lenguhan macan itu pada Jumat (14/11) malam.
"Malam itu, kami yang berjaga di kampung sengja tidak mendekati sumber suara itu, tetapi itu adalah suara macan," katanya.
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar