Browse » Home
A. Isu Proyek Pembangunan PLTN
Tenaga Nuklir kian ramai dibicarakan dalam setiap pertemuan-pertemuan penting di berbagai belahan dunia. Indonesia pun turut andil dalam pengembangannya. Bila dilihat dari sejarah dan pengalaman bangsa Indonesia, sebenarnya nuklir bukanlah barang baru bagi Indonesia. Terbukti pada tahun 50-an Presiden pertama Indonesia, Soekarno sudah mulai mewujudkan visi tentang energi nuklir, dengan harapan Indonesia akan diakui oleh dunia internasional di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Alasan utama Indonesia dalam pengembangan PLTN adalah kebutuhan energi yang besar oleh masyarakat Indonesia dengan populasi penduduk yang sangat padat. Banyak masyarakat Indonesia yang menentang pembangunan PLTN karena
dianggap hanya akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Setiap permasalahan memiliki solusi, sikap optimistis perlu diterapkan untuk proyek besar seperti ini. Para peneliti yang bekerja pada BATAN (Badan Peneliti Atom Nasional) melalui sarana dan fasilitas yang ada melakukan riset teknologi nuklir untuk pengembangan industri nuklir seperti teknologi reaktor dan keselamatan nuklir dengan menggunakan reaktor riset berdaya 30 MWth, fabrikasi bahan bakar nuklir, pengelolaan limbah radioaktif, keselamatan radiasi dan lingkungan dilakukan dalam rangka persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Adapun dasar pertimbangan pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik
yang lebih jelas dan tegas, tercantum pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang. Cukup jelas keseriusan pemerintah dalam perencanaan pembangunan PLTN maka masyarakat tidak perlu merasa takut berlebih karena pastinya para peniliti berpikir panjang mengenai pengelolaan limbah nuklir.
B. Pemanfaat Tenaga Nuklir
Tenaga nuklir diharapkan bisa menjadi sumber energi masa depan Indonesia. Karena tenaga nuklir memiliki manfaat yang sangat banyak. Dengan adanya tenaga nuklir, diyakini bisa menambah pasokan listrik di Indonesia, terutama di pulau padat penduduk seperti yang ada di pulau Jawa. Selain itu diharapkan masyarakat Indonesia tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap petroleum, dengan demikian Indonesia dapat memproduksi minyak bumi lebih banyak. Selain itu, emisi gas dapat berkurang. Tenaga nuklir juga dimanfaatkan pada bidang-bidang lainnya seperti bidang pertanian, peternakan, hidrologi, industri, kesehatan, penggunaan zat radioaktif dan sinar-X untuk radiografi, logging, gauging, analisa bahan, kaos lampu, perunut (tracer) dan lain-lain. Dalam bidang penelitian terutama banyak dilakukan oleh BATAN mulai
dari skala kecil sampai dengan skala besar. Pemanfaatan dalam bidang kesehatan dapat dilihat seperti untuk diagnosa, kedokteran nuklir, penggunaan untuk terapi dimana radiasi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker.
C. PLTN butuh lokasi yang tepat
Salah satu hal penting dalam perencanaan adalah lokasi pembangunan. Ada beberapa hal yang dikhawatirkan, yakni secara geografis cukup banyak wilayah Indonesia yang berada di atas patahan-patahan tektonik yang rentan akan gempa bumi. Sehingga lokasi yang tepat adalah lokasi yang tidak rawan terhadap gempa bumi. Badan Peneliti Atom Nasional telah meneliti sejumlah wilayah di pulau Jawa yang kira-kira tepat untuk proyek pembangunan PLTN, dan berita terakhir menyebutkan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang dituju. Pihak BATAN berpendapat, wilayah Jepara dinilai aman dari patahan-patahan tektonik yang menyebabkan gempa, dan juga letak geografisnya yang di ujung pantai juga strategis dalam mendukung teknologi pendingin sisi nuklir yang akan menggunakan air laut. Namun sepertinya hal itu kurang tepat mengingat populasi penduduk yang padat di pulau Jawa dan dipastikan lokasi pembangunan tidak jauh dari pemukiman
penduduk, kita pun perlu mengingat limbah nuklir yang sangat berbahaya. Di samping itu pembangunan PLTN berarti membuka lapangan kerja baru yang mendorong masyarakat berbondong-bondong pergi ke pulau Jawa dan akan menambah kepadatan penduduk. Sehingga program transmigrasi pemerintah akan terhambat. Hal penting lainnya adalah, kondisi tanah Jawa sangat subur untuk pertanian dan masih produktif. Rasanya kurang bijaksana apabila harus mengorbankan sisi produktifitasnya. Lokasi yang cukup tepat adalah seperti lokasi reaktor nuklir di Gorontalo, karena menurut penelitian lahannya sudah tidak produktif lagi dan jauh dari pemukiman penduduk.
D. Indonesia Telah siap
Menurut BATAN, diantara negara-negara berkembang dan pendatang baru di bidang pemanfaatan energi nuklir untuk pembangkit listrik, Indonesia dinilai yang paling maju terutama dari kesiapan SDM dan Infrastruktur, termasuk dalam aspek safeguards. Amerika Serikat dan Rusia pun telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Indonesia dalam proyek pembangunan reaktor nuklir, hal ini menunjukkan kepercayaan mereka terhadap potensi nuklir yang dimiliki Indonesia. Kini hanya tinggal menunggu kesiapan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, Pemerintah dan peneliti harus segera melakukan publikasi dan sosialisasi mengenai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Karena masyarakat Indonesia masih kurang akan pengetahuan tenaga nuklir. Diharapkan agar masyarakat dapat melihat berbagai macam perspektif dan dapat berpikir kritis untuk kepentingan bersama. Situasi berubah cepat mengikuti alur waktu. Masyarakat Indonesia harus jeli melihat kemajuan teknologi yang dan berpikir terbuka terhadap hal-hal baru
namun tetap selektif.
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar